9 Summers, 10 Autumns

You must know that there’s nothing higher, or stronger, or sounder, or more useful afterwards in life, than a good memory, especially a memory from childhood, from the parental home. You hear a lot said about your education, yet some such beautiful, sacred memory, preserved from childhood, is perhaps the best education. ~Dostoesvsky’s The Brother Karamazov

9 Summers 10 Autumns, Dari Koya Apel ke The Big Apple adalah novel yang sangat inspiratif dari seorang Iwan Setyawan tentang perjalanan hidupnya dari rumah kecil di sebuah Gang Buntu di Kota Batu, Malang, sampai dia bekerja sebagai seorang big time director in a multinational company di New York.

9 summers 10 autumn, Dari Kota Apple ke The Big Apple

Buku ini pernah dibahas di @RadioShow_tvOne bersama sang penulisnya langsung tentu saja, namun sayang waktu itu aku tidak menonton sampai selesai, ketiduran haha. Tapi justru dari sedikit tayangan itulah aku menjadi penasaran tentang siapa sebenarnya Iwan Setyawan ini. And today, I found his book in the local book store here, and without any second thought I grabbed it and bought it.

Continue reading “9 Summers, 10 Autumns”

Advertisement

Mestakung

Mestakung, bukan judul yang eye catchy untuk sebuah buku, iya kan?! Saya bertemu dengan buku ini pun secara tidak sengaja akibat salah jadwal nonton film three musketeers, yang di web tertulis jam 19:00 eh ternyata di bioskopnya sudah mulai jam 18:30, terpaksa saya membeli tiket untuk jam selanjutnya, 20:45. Akhirnya berkelanalah saya ke satu-satunya Gramedia yang ada di Batam (as far as i know) yang untungnya satu mall dengan bioskop tempat saya akan nonton film. Di pintu masuk toko buku itulah mata saya terpaku melihat sebuah buku yang covernya ada foto dari penulisnya, salah seorang idola saya, fisikawan Prof. Yohanes Surya, Ph.D. Buku itu berjudul mestakung. Mungkin kalau pengarangnya bukan Prof Yo, saya tidak akan membeli buku ini.

The most active star-forming galaxy in the distant universe, nicknamed the "Baby Boom" galaxy
The most active star-forming galaxy in the distant universe, nicknamed the "Baby Boom" galaxy

Saya suka fisika, jujur itulah mata pelajaran yang paling saya sukai di SMA, sounds geeky, eh?! Percaya atau tidak, fisika ITS adalah pilihan kedua saya di SPMB setelah Sistem Informasi ITS tentunya. Di bidang fisika beliaulah salah satu idola saya, mengalahkan Sir Isac Newton, Blaise Pascal dan Archimedes, Selain idola saya yang lain Albert Einstein, Stephen Hawking dan Brian May sang gitaris Queen tentunya. Di perpustakaan SMA saya dulu ada beberapa buku fisika karangan beliau, semuanya buku fisika untuk latihan soal olimpiade fisika kalau tidak salah. Yah meskipun saya tidak pernah ikut olimpiade fisika (I’m not that genius anyway) tapi paling tidak fisika saya tidak pernah dapat nilai 6 di raport. Yang saya suka dari beliau adalah konsistensi dan sumbangsihnya dalam bidang fisika bagi dunia pendidikan Indonesia. Beliau lah yang melatih dan memimpin Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) sejak pertama kali Indonesia mengikuti olimapiade fisika internasional (IPhO) ke 24 tahun 1993 di kampus tempat beliau menyelesaikan studi doktoralnya, College of William and Marry Williamsburg, hingga sekarang. Continue reading “Mestakung”

mari kita baca …

haloooww apa kabar??!!

saya baik-baik aja kok disini – emang ada yang nanya ya?. sudah lama juga ternyata saya ga buang sampah disini, ya biasalah kerjaan sedang sibuk-sibuknya jadi ga sempat nulis-nulis lagi disini – bilang aja males, ga usah pake ngeles.

sekarang di meja kamar saya sedang penuh sama buku-buku. ada juga benda-benda lain sih seperti map kotak tempat nyimpan-nyimpan file, glue stick, hardisk rusak, mantan hardisk laptop yang sekarang jadi hardisk portable, duit koin 500 an rupiah 5 keping, cutton but yang tinggal 3 biji, hape, mp3 creative zen stone 500mb, pmp cowon j3, post it, charger kamera dan tentu saja laptop si biru nan berdebu ini. nah loh, ini yang banyak bukunya apa barang-barang lainnya sih sebenarnya?.

saya memang hobi baca, tapi kebanyakan yang saya baca adalah novel, kumpulan cerpen atau yang paling sering ya komik. nah ceritanya waktu itu saya sedang menunggu jam nonton film angry driver, film action yang isinya 80% tembak-tembakan dan sisanya “adegan” yang lainnya. tapi tetep tiada yang bisa mengalahkan ke-dashat-an pathfinder deh kalau soal nyampahnya hehehe, kalau saya rating pathfinder 2.5 maka angry driver saya kasih rating 3 dari skala 5. dan berhubung film nya masih sekitar satu jam lagi pergilah saya dan kedua teman kontrakan saya ke gramed. entah saya ketempelan apa tiba-tiba pas ke gramedia saya beli dua buku yang keduanya bukan novel, bukan buku komputer apalagi komik. “negosiasi anti gagal” dan “selling blue elephants” adalah kedua buku yang menarik mata dan mampu membuat tangan mengulur mengambil dari rak dan merogoh dompet di depan mbak kasir.

ok, yang kenal saya pasti mafhum kalo i’m not good in dealing with people, let alone negotiating. dan buku pertama pastinya untuk yang ini. nah untuk buku yang kedua ini sekilas dari sampulnya lebih mirip buku postgreSQL dari pada buku tentang pengembangan diri (atau mungkin lebih ke marketing sih ) karena sampulnya ada gambar gajah birunya yang juga adalah icon dari postgreSQL. Continue reading “mari kita baca …”

kecepatan perahu kertas itu 5 cm per detik …

5 cm per second, tiba-tiba saja saya teringat akan film itu, lebih tepatnya anime sih, bagi anda-anda yang belum tahu silahkan anda bertanya kepada mbah google untuk info lebih detilnya, syukur-syukur kalau dapat filmnya sekalian. Film ini adalah film bergenre romance sebenarnya, tapi tidak happy ending, dan masuk dalam kategori must see deh. Jadi jika anda masih beranggapan kalau anime, kartun, animasi, hanya untuk konsumsi anak-anak, anda pasti masih hidup di jaman nobita masih kelas 4 SD (padahal sekarang nobita udah kelas 5 lho…loh!!). Malah sebaliknya sekarang mencari anime yang untuk anak-anak kecil sekarang yang susah, naruto, bleach, one piece, law of ueki danlainlainkalodisebutinpastigahabishabis adalah sedikit anime yang kayaknya kurang cocok untuk konsumsi anak dibawah 10 tahun. Selain karena ceritanya yang tentang ‘pertempuran’ juga karena jalan ceritanya yang susah dimengerti dan dicerna oleh anak seusia itu. Intrik politik, loyalitas, penghianatan, semua ada dalam alur cerita dari anime-anime tersebut. Tapi kalau diingat-ingat saya sejak dari kecil kalau ada anime mesti saya tonton, meskipun tidak begitu mengerti ceritanya secara menyeluruh, tapi pas melihat anime jadi senang, karena dalam dunia anime imajinasi bisa bebas sebebas-bebasnya tanpa ada hukum-hukum fisika yang membatasi, seperti menciptakan sebuah dunia sendiri. Makanya bagi yang punya adik, ponakan atau anak yang masih kecil, dampingilah kalau mereka menonton film-film kartun atau anime di tv supaya bisa dibimbing dan diarahkan ke jalan yang positif. Btw, anime favorit saya dulu adalah patlabor dan mr. ajio (kalau di indos*ar dulu namanya born to cook), sampai-sampai kalau mau nonton patlabor saya harus pulang dulu pas istirahat sekolah. Memang tega indos*ar, anime keren begitu ditayangkan di hari sabtu, pagi pula, mana ada jaman dulu SD yang cuma 5 hari sekolah.

it's all on your hand
it's all on your hand

Kembali ke 5 cm per second. sebenarnya judul lengkapnya adalah 5 Centimeters Per Second: a chain of short stories about their distance (秒速5センチメートルアチェインオブショートストリーズアバウトゼアディスタンスByōsoku Go Senchimētoru a chein obu shōto sutorīzu abauto zea disutansu).  Anime ini bercerita tentang seseorang anak laki-laki yang terperangkap dalam cinta masa kecilnya dan tak bisa berpaling sampai dia dewasa. Kalau berjalan dua arah memang indah, tapi ini tidak, hanya satu arah. Sebenarnya sih dua arah cuma jalannya saja yang tidak pernah bertemu karena jarak diantara mereka berdua. Sedangkan di lain pihak sang perempuan terus menjalani kehidupannya seperti halnya anak-anak yang lain menjadi remaja dan akhirnya dewasa dan menemukan pasangan hidupnya. Di akhir cerita mereka akhirnya bertemu (tepatnya berpapasan) dijalan secara tak sengaja di sebuah jalan perlintasan kereta listrik, dan keduanya tersenyum ketika saling berjalan menjauh dan seketika itu kenangan-kenangan mereka kembali mengalir bagai bunga-bunga sakura yang jatuh dari tangkainya, 5 cm per detik.

Continue reading “kecepatan perahu kertas itu 5 cm per detik …”

Ya … the stones are still rolling …

akhirnya … setelah melalui perjuangan yang panjang dan melelahkan kutemukan dia. setelah mondar-mandir pancoran semanggi akhirnya ketemu juga di bukunya di gramedia GATSU (loh..) hari sabtu tanggal 29 mei 2009 kemarin sekitar pukul 20:15 malam, dan setelah terjadi kesalah pahaman antara karyawan gramedia semanggi, salah satu karyawan gramedia pada minggu lalu telp kalau bukunya sudah ada dan siap diambil, tapi pas disana karyawan yang berbeda malah bilang kalo bukunya belum datang dan masih dalam tahap pemesanan. waktu itu cuma satu yang ada di pikiran saya “harus dapat bukunya malam ini … ga boleh besok apalagi lusa… harus malam ini” akhirnya saya coba telepon gramedia gatsu, dan alhamdulillah ternyata bukunya masih ada, sebenarnya sudah agak pesimis sih untuk mendapatkan buku ini, soalnya bisa dibilang lumayan limited, 3.400 eksemplar untuk seluruh Indonesia raya.

buku ini adalah buku biografi GIGI, salah satu band terbaik di jagad Indonesia (menurut saya). buku ini juga memecahkan rekor sebagai buku termahal yang pernah saya beli sampai saat ini, seharga 240 ribu perak untuk sebuah buku. 

 

the stones are still rolling
the stones are still rolling

 

 

pandangan pertama

GEDE banget… itulah kesan pertama ketika menerima bukunya dari kasir, buku ini berukuran 21 x 29.7 cm dan tebalnya 428 halaman, dan yang bikin lebih kelihatan gede, tebal dan lux adalah cover nya yang hard cover dan kertas yang dipakai adalah kertas lux glossy untuk semua halaman. dan ada bonus DVD konser 11 januari yang diselenggarakan di jogja pada tanggal 11 januari 2008 kemarin. di halaman-halaman awal buku ini terdapat foto close up masing-masing personel dan juga beserta tanda tangan asli dari mereka (ga bayangin, tanda tangan sampe 3400 kali..wuihhh). Continue reading “Ya … the stones are still rolling …”