FirstTimeSeries#2: Solo travelling, the perks and the hurdles

So far, I never did a more-than-two-days solo travelling. Well, I almost did once when I visited KL during new years eve in 2012 but I teamed up with a friend there. And finally I got the chance to do it right before I went home earlier this month. It was a five day-ish trip to The Netherlands, to Holland to be precise. The trip was awesome, I loved the cities’ architecture. the canals, the windmills and the bicycles.

Amsterdam#1
The iconic I amsterdam at Museumplein, Amsterdam

I ended up visiting six cities during my trip: Amsterdam, Delft, Kinderdijk, Den Hague, Volendam, Edam and Marken. Everybody knows Amsterdam, the busiest metropolitan in The Netherlands. To my surprise was that this city was awesomely beautiful. The old houses by the canals having the signature architecture of the time are simply great achievement both in art and engineering. A trivia, the canals in Amsterdam are filtered once every three months to keep them from having foul smell. Another interesting spot in the city is of course the red light district. Ladies over red-pink-ish windows and weed’s smells are over the place. According to James, the guide from the city free tour (I recommend you to do this tour on your first day of your trip), the district itself is partitioned into several areas, which served different segment of customers, yes they are so business minded.  Continue reading “FirstTimeSeries#2: Solo travelling, the perks and the hurdles”

Advertisement

Winter Trip, leftovers

Musim telah berganti, dari musim dingin yang hujan melulu ke musim semi yang cukup hangat. Sudah lama tulisan ini ada di draft list, namun belum sempat menekan tombol publish alasan. Musim dingin lalu sangat mengesankan, I did go to travel around!. Saya bergabung dengan teman-teman dari Twente berpetualang ke beberapa negara tetangga: German, Austria, Hungaria dan Cekoslovakia. Banyak hal-hal menarik yang kami jumpai, bangunan, arsitektur kota, pengalaman di kereta, dan tentu saja orang-orang nya.

Behind the scene
Behind the scene

Highlight dari perjalanan kemarin menurut saya adalah Salzburg dan Prague. Kedua kota ini sungguh indah. Salzburg adalah sebuah kota kecil di Austria yang tenang dan dibatasi oleh barisan pegunungan yang tertutup salju ketika musim dingin tiba. Di kota ini juga Mozart dilahirkan ke dunia. Kedua rumah Mozart pun diabadikan sebagai museum yang berisi barang-barang peninggalannya dan keluarganya. Dan kalau anda penggemar film musikal the sound of music, di kota ini lah film itu dibuat. Continue reading “Winter Trip, leftovers”

A perfect welcome, bienvenue à Nancy!

Setelah itinerary yang berantakan akibat delay 3 jam dari maskapai plat merah (yang katanya not likely to happen), akhirnya saya tiba di Paris, CDG airport 6 jam lebih lama dibandingkan dengan jadwal yang seharusnya. Tiket TGV yang sudah saya beli beberapa hari sebelumnya pun harus saya cancel dan ganti lagi dengan tiket yang baru.

Tujuan akhir saya adalah kota Nancy yang terletak di sebelah barat daya kota Paris dan memakan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan dengan TGV dari Paris. Sebenarnya ada 2 cara untuk sampai ke Nancy dari CDG airport dengan TGV. Pertama, dari CDG kemudian ke Paris dengan menggunakan RER dan berhenti di Gare de L’Est, stasiun untuk kereta yang kearah timur dari Paris, kemudian dari situ ada TGV yang langsung menuju Nancy. Waktu yang dibutuhkan sekitar 3 jam, 50 menit untuk sampai ke Gare de L’Est dari CDG dan 2 jam untuk TGV ke Nancy. Kedua adalah langsung dari stasiun bandara CDG ke Nancy dengan total waktu perjalanan sekitar 2 jam. Disini TGV tidak berhenti di Nancy tapi di stasiun yang ada di Lorraine lalu perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan shuttle bus yang sudah siap menunggu di depan stasiun.

nancy son et luminere
Light show at Nancy, photo taken by Khadija

Continue reading “A perfect welcome, bienvenue à Nancy!”

Ketika Yang Tua Masih Berdiri Megah

Old Town's Street, Edinburgh
Between George IV Bridge and Candlemaker Row, Old Town, Edinburgh

Bangunan-bangunan tua di daerah Old Town, Edinburgh, bisa membawa siapapun kembali beromansa dengan jaman pertengahan kerajaan Inggris Raya. Bangunan-bangunan ini adalah saksi sejarah kota Edinburgh yang sudah berumur ratusan tahun, dan mungkin hampir satu milenium. Suasana inilah yang mungkin menginspirasi Sir Arthur Conan Doyle dan J.K Rowling untuk menulis karya-karya mereka di kota ini.

Oh ya, di sepanjang jalan George IV Bridge (sebelah kanan) itulah terdapat The Elephant House, tempat J.K Rowling menulis buku Harry Potter yang pertama.

Tulisan ini dibuat untuk meramaikan Turnamen Foto Perjalanan ronde 11.

sidewalking

sidewalking, originally uploaded by novaldiflickr.

Kota tidak akan lengkap tanpa ada jalan yang membelahnya. Disitulah terlihat denyut kehidupan dari sebuah kota. Orchard Rd adalah salah satu jalan tersibuk di Singapura, terutama di akhir pekan ketika ratusan, atau ribuan, manusia berjalan di sepanjang bahu-bahunya.

Tulisan ini dibuat untuk meramaikan Turnamen foto perjalanan ronde 6.

Menuju Senja

menuju senja
Menuju Senja

St. Andrews adalah kota kecil di bagian utara Scotland. Tenang, nyaman dan dengan nuansa abad 18 yang masih kental di setiap sudutnya, St. Andrews menjadi pilihan yang tepat untuk menghabiskan masa senja bersama yang tercinta.

St. Andrews Cathedral

This post is dedicated to turnamen foto perjalanan ronde 4, care to join?

Culture Shock: Sholat Jumat

Mondar-mandir, tengok kanan-tengok kiri itulah yang ku lakukan di sebuah kompleks pertokoan di perempatan sebuah jalan di Houston. Yang dicari bukanlah toko mainan, buku apalagi senjata api, simply hanya mencari sebuah masjid untuk sholat Jumat.

Namanya Makkah Masjid, dia terletak di pojok kompleks pertokoan di perempatan Beechnut Rd dan Winkleman Rd, Houston, Texas.

Masjid Mekkah di Houston, Tx
Masjid Mekkah di Houston, Tx

Sholat Jumat dimulai sekitar jam 2 siang, saat itu musim panas di belahan bumi bagian utara, matahari bersinar lebih lama daripada di daerah khatulistiwa. Suhu udara di Houston bisa mencapai lebih dari 100 derajat fahrenheit atau lebih dari 37 derajat celcius di musim panas. Berbeda dengan Indonesia yang beriklim tropis, udara di negara 4 musim sangat kering jadi akan lebih sulit untuk berkeringat meskipun sedang berolah raga di terik matahari sore di sana.

Jam 1 masjid mulai terisi para jamaah yang kebanyakan berwajah khas asia selatan. Setelah agak banyak jamaah yang datang, tiba-tiba ada seorang bapak yang nampaknya seorang imam di masjid itu naik ke mimbar dan memulai khutbah tanpa didahului dengan adzan. Bahasa yang digunakan bukanlah bahasa Inggris, bukan pula bahasa India ataupun Arab, semacam gabungan keduanya menurutku. 20 menit berlalu, khutbah selesai kemudia berdirilah seorang jamaah kemudian mengumandangkan adzan yang menandakan telah masuk waktu untuk sholat Jumat. Aku pun bingung dan bengong. Continue reading “Culture Shock: Sholat Jumat”

New Year’s Backpacking

KL, tak ubahnya seperti kota-kota besar lainnya malam itu. Pusat-pusat keramaian penuh dengan manusia yang entah kenapa seperti sekoloni semut yang sarangnya disiram minyak tanah, berceceran dimana-mana. Sebut saja Bukit Bintang, ini adalah daerah belanja paling populer di KL layaknya Orchad road di Singapore, semakin mendekati tengah malam semakin tumpah ruah pula manusia disana. Dentuman musik elektronik menghentak semakin keras yang membuat sebagian manusia mulai mengangguk-anggukkan kepala dan bersenang-senang di malam itu, 31 Desember 2011 09:00PM.

Setiap kali saya ke KL saya selalu merasa kalau KL itu entah kenapa sangat Jakarta banget, tapi dengan infrastruktur yang lebih bagus. Mungkin karena sama-sama kota besar dan mayoritas penduduknya adalah manusia malayanensis, mungkin.

Twin Tower at new year eve

Kalau dari Batam ke KL sebenarnya sangat mudah dijangkau, tinggal menyeberang ke Singapore kemudian naik bus di Golden Mile Complex dan selamat datang di KL 5 jam kemudian. Oh ya, tiket busnya bisa dipesan online kok, jadi bisa diantisipasi kalau-kalau takut tidak kebagian tempat duduk.

Melihat KL sekarang saya jadi berpikir, mereka terus membangun infrastruktur yang nyata fungsinya, sedangkan kita? well I guess I don’t have to elaborate it, do I? Yang paling kelihatan adalah di transportasi umumnya. Mereka sudah punya monorail dan LRT, pembangunan ruas jalan baru, dan yang paling membuat saya wah adalah dua terminal barunya, terminal bersepadu selatan, it’s an airport-like bus terminal, and yes I’m envy them for that. Continue reading “New Year’s Backpacking”

belitung-pantai pantai dan pantai

Belitung, pasti anda sudah tahu semua tentang negeri laskar pelangi ini. Sebenarnya trip ke belitung ini agak diluar rencana, tujuan mbolang akhir tahun saya sebenarnya adalah somewhere yang agak labih jauh, namun rencana itu harus saya tangguhkan terlebih dahulu karena masalah yg tak lain tak bukan, dana, yeah.. classic!!!. Semoga tahun depan bisa terlaksana rencana mbolangnya.

Trip ke belitung ini rencananya akan memakan waktu selama 4 hari 3 malam, mulai Jumat 28 Oktober sampai senin 31 Oktober 2011. Karena flight ke Belitung pada hari Jumatnya adalah yang pertama, 6.20 pagi (kalau ga salah sih), maka mau ga mau saya dan teman saya (yang mengajak saya join di trip ini) harus naik pesawat terakhir hari sebelumnya, Kamis 27 Oktober, and here was how the story began.

Tanjong Kelayang
Tanjong Kelayang by novaldiflickr, on Flickr

Cerita dimulai ketika sampai di bandara Hang Nadim. Sebenarnya jadwal flight yang tertera di tiket adalah jam 18:50 namun ketika kita sampai di bandara papan pengumuman berkata lain: JTXXXX Delayed. Yup saya pakai jasa si Singa Terbang karena tak mampu menaiki burung Garuda nan perkasa itu. Setelah check in dan santai di waiting room gate 4 kami menunggu dan menunggu namun pesawat si Singa belum juga kelihatan batang hidungnya. dan sekitar pukul 19:30 an terdengarlah suara merdu “Perhatian-perhatian pesawat JTXXXX tujuan jakarta akan diberangkatkan pada pukul 21:30, para penumpang silahkan mengambil makanan fi tempat yang telah disediakan”. Edyan, delay 2 jam lebih, si singa terbang hobi amat sama masalah satu ini. Singkat cerita sampailah kami di SHIA (Soekarno Hatta International Airport) jam 11 an malam. Setelah bersih-bersih diri dan sholat muncullah masalah baru, tidur dimana ini?!! Rencana awal adalah nyari musholla dan tidur disana, tapi apa daya ternyata musholla nya dikunci, dan bangku-bangku pun penuh semua. Akhirnya kami naik ke anjungan pengantar (waving gallery) dan memutuskan untuk tidur di sana ditemani dengan dinginnya angin malam dan deru mesin pesawat yang take off dan landing. Kalau untuk masalah tidur, untungnya saya bisa tidur dimana saja, kantor, kelas, bus, kereta, motor, kuburan di tengah malam dan di saluran irigasi pun saya pernah tidur, impressive. Ignorance is a bliss, sometimes.

Continue reading “belitung-pantai pantai dan pantai”

me vs energy corridor

Sabtu 04 juni 2011 adalah hari terakhir saya menginjakkan kaki di Houston, kota terbesar di negara bagian Texas. Dua minggu sudah terlewatkan. Sungguh menggelikan kalau dipikir-pikir. Bagaimana tidak, saya yang tidak terlalu suka dengan image cowboy dan musik country malah sekarang berdiri di Houston, jantung bisnis negara bagian Texas yang menjadi salah satu pusat tradisi cowboy di AS dan lebihnya lagi musik country beredar dimana-mana. Oh yes, tomorrow is a mistery indeed.

Salah satu sebutan untuk Houston, lebih tepatnya marketing slogan sih sepertinya, adalah  Energy Capital of The World. Karena memang dikota inilah lebih dari 5000 perusahaan berkaitan dengan energi bermarkas, dan 19 diantaranya adalah termasuk dalam US’s Fortune 500. Kalau bisa dibilang Houston ini seperti Silicon Valley nya oil & gas. Di Houston ada sebuah distrik yang diberi nama Energy Corridor, karena di distrik inilah perusahaan-perusahaan energi kelas dunia bermarkas. You name it lah : BP (British Petrolleum), Shell, KBR, Worley Parsons, exxon mobile, Conoco Philips, Citgo, Sysco dan tentu saja perusahaan yang menggaji saya, McD.

McD's HQ
McD's HQ

Jangan bayangkan energy corridor ini berada di pusat kota Houston, malah sebaliknya, justru distrik ini ada di pinggir  kota Houston lebih cenderung ke daerah sub urbannya malahan. Jangan bayangkan pula gedung-gedung pencakar berdiri di kanan-kiri jalan seperti yang ada di di Manhattan, New York, yang bisa dipakai spiderman bergelantungan di tiap sequelnya. Gedung-gedung di energy corridor ini relatif rendah mungkin tak lebih dari 15 lantai tingginya dan itupun tidak terkumpul jadi satu jalan saja, mereka tersebar di seluruh wilayah distrik ini, mungkin jaraknya antara 2-3 km dari gedung satu dengan yang lainnya. Dan kebanyakan satu gedung dimiliki dan dipakai exclusive oleh satu perusahaan saja. Continue reading “me vs energy corridor”