poto dan kamera jadul …

wahh … stock poto saya untuk nulis di blog ini sudah hampir habis ternyata.ga lucu juga kalo ada dua post dengan foto yang sama. memang sejak beberapa bulan yang lalu saya mulai untuk menggunakan foto-foto saya sendiri untuk dipakai di blog ini. sebenarnya ini untuk latihan saja, biar foto-foto itu bisa dijabarkan dalam kata-kata, atau paling tidak sebagai pelengkap penderita dari tulisan yang saya tulis.

the old lady
the old lady ... by novalp, on Flickr

yah..tapi akhir-akhir ini sudah semakin jarang foto yang saya upload ke flikr. sepertinya bukan ide nya kurang lancar, tapi eksekusinya yang kurang produktif. foto terakhir saya di flickr kalau ga salah diupload sekitar 2 bulan yang lalu (18 Feb 2010). setelah itu pasif, ada ide tapi masih bingung eksekusinya seperti apa dan bagaimana.

sebenarnya saya lebih suka motret menggunakan film dari pada memakai kamera digital karena ada beberapa hal yang hanya didapat ketika memotret dengan kamera film, apalagi kalau kameranya kamera jadul yang full manual. suara shutter nya, deg-degan nunggu hasilnya, ngatur komposisinya, ngatur speed dan aperture nya dan perasaan old-school nya itu loh yang bikin gimana gitu, tapi dari itu semua yang paling sip adalah hasilnya, tone nya beda dengan hasil digital dan saya lebih suka dengan tone film (bukan berarti saya tidak suka sama tone dari kamera digital, tapi perlu effort yang lebih agar bisa paling ga mirip dengan tone film), apalagi kita bisa dengan mudah ganti merk dan jenis film, karena setiap produsen film pasti punya karakter masing-masing apalagi beda jenis. ini kalau di digital berarti harus ganti sensor nya kayaknya 😀

kelemahan utama menggunakan film adalah waktu dan harga. kita harus menunggu film habis, cuci dan cetak (scan) baru bisa melihat hasilnya, tidak bisa langsung lihat hasilnya seperti digital. biaya untuk 1 roll film sampai jadi hasilnya adalah sekitar kurang lebih 40K-50K IDR, 25K an untuk film 36 frame, 23K an untuk cuci + scan, jika ingin cetak harganya 1.5K per frame (ukuran 3R). kalau dihitung-hitung biaya operasional kamera film analog bisa lebih besar dari pada digital (inat biaya operasional), tapi harga untuk kamera nya sendiri bisa jadi kamera film analog jauh lebih murah dari pada digital (SLR), asal jangan kamera film yang ada logo mirip logo teh botol s*sro aja (leica) atau merk dengan nama aneh-aneh keluaran eropa seperti hasselblad, voigtlander dll, tapi kalau anda saat photo session bawa kamera dengan merek diatas maka jangan heran jika derajat ketampanan anda akan bertambah sekitar 20% di mata fotografer  lain *halah*.

poto diatas adalah kamera film analog pentax K1000 dengan lensa pentax smc m 50mm/f1.4,tapi  sayangnya body dari kamera ini ada masalah light leak dan sialnya disini (batam) kayaknya tidak ada tempat untuk memperbaiki kamera-kamera antik seperti ini, sehingga sudah tidak pernah saya gunakan lagi kamera itu. sekarang saya masih mencari-cari kamera film analog lagi yang masih berfungsi dengan normal .. tampaknya pentax mx akan jadi pilihan utama, wish me luck everybody 😀

ps:

“le .. iki loh awakmu tak warisi kamera sak lensa-lensane, gawe en belajar moto, iki ngunu nggone bapak mbiyen, tapi umure tuwek an kamera iki timbang bapakmu”. itulah kata-kata yang saya ingin ucapkan ke anak saya suatu saat nanti.. hehehe :p

10 thoughts on “poto dan kamera jadul …”

      1. oh ya iya dong nopal, bener bgt tuh..
        tuh ada si nela tuh, lamar nela aja.. dia pengen punya suami katanya 😀

Leave a reply to noval Cancel reply